gerak


widgets

love gt raibon


Filsafat dan Bioetika

BIOETIKA
Di susun oleh : Mega Sirnawati MPd




Bioetika adalah biologi dan ilmu kedokteran yang menyangkut masalah di bidang kehidupan, tidak hanya memperhatikan masalah-masalah yang terjadi pada masa sekarang, tetapi juga memperhitungkan kemungkinan timbulnya pada masa yang akan datang.

Tiga etika dalam bioetika

  1. Etika sebagai nilai-nilai dan asa-asas moral yang dipakai seseorang atau suatu keloompok sebagai pegangan bagi tingkah lakunya.
  2. Etika sebagai kumpulan asas dan nilai yang berkenaan dengan moralitas (apa yang dianggap baik atau buruk). Misalnya: Kode Etik Kedokteran, Kode Etik Rumah Sakit.
  3. Etika sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dari sudut norma dan nilai-nilai moral.
Fransese Abel merumuskan definisi tentang bioetika yang diterjemahkan Bertens sebagai berikut: Bioetika adalah studi interdisipliner tentang problem-problem yang ditimbulkan oleh perkembanagn di bidang biologi dan ilmu kedokteran baik pada skala mikro maupun pada skala makro, lagipula tentang dampaknya atas masyarakat luas serta sistim nilainya kini dan masa mendatang.




Merupakan terapan dari filsafat umum, maka selama membahas filsafat pendidikan akan berangkat dari filsafat.
Filsafat pendidikan pada dasarnya menggunakan cara kerja filsafat dan akan menggunakan hasil-hasil dari filsafat, yaitu berupa hasil pemikiran manusia tentang realitas, pengetahuan, dan nilai.
Dalam filsafat terdapat berbagai mazhab/aliran-aliran, seperti materialisme, idealisme, realisme, pragmatisme, dan lain-lain. Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat, sedangkan filsafat beraneka ragam alirannya, maka dalam filsafat pendidikan pun kita akan temukan berbagai aliran, sekurang-kurnagnya sebanyak aliran filsafat itu sendiri.
Brubacher (1950) mengelompokkan filsafat pendidikan pada dua kelompok besar, yaitu
a. Filsafat pendidikan “progresif”
Didukung oleh filsafat pragmatisme dari John Dewey, dan romantik naturalisme dari Roousseau
b. Filsafat pendidikan “ Konservatif”.
Didasari oleh filsafat idealisme, realisme humanisme (humanisme rasional), dan supernaturalisme atau realisme religius.

Filsafat-filsafat tersebut melahirkan filsafat pendidikan esensialisme, perenialisme,dan sebagainya.

Berikut aliran-aliran dalam filsafat pendidikan:
1. Filsafat Pendidikan Idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik. Pengetahuan yang diperoleh melaui panca indera adalah tidak pasti dan tidak lengkap. Aliran ini memandang nilai adalah tetap dan tidak berubah, seperti apa yang dikatakan baik, benar, cantik, buruk secara fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi. Tokoh-tokoh dalam aliran ini adalah: Plato, Elea dan Hegel, Emanuael Kant, David Hume, Al Ghazali

2. Filsafat Pendidikan Realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis. Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia ruhani. Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan di pihak lainnya adalah adanya realita di luar manusia, yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia. Beberapa tokoh yang beraliran realisme: Aristoteles, Johan Amos Comenius, Wiliam Mc Gucken, Francis Bacon, John Locke, Galileo, David Hume, John Stuart Mill.

3. Filsafat Pendidikan Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani, spiritual atau supernatural. Beberapa tokoh yang beraliran materialisme: Demokritos, Ludwig Feurbach

4. Filsafat Pendidikan Pragmatisme dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun sebenarnya berpangkal pada filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang manusia alami. Beberapa tokoh yang menganut filsafat ini adalah: Charles sandre Peirce, wiliam James, John Dewey, Heracleitos.

5. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu. Secara umum, eksistensialisme menekankn pilihan kreatif, subjektifitas pengalaman manusia dan tindakan kongkrit dari keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakekat manusia atau realitas. Beberapa tokoh dalam aliran ini: Jean Paul Satre, Soren Kierkegaard, Martin Buber, Martin Heidegger, Karl Jasper, Gabril Marcel, Paul Tillich

6. Filsafat Pendidikan Progresivisme bukan merupakan bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Beberapa tokoh dalam aliran ini : George Axtelle, william O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B.Thomas, Frederick C. Neff

7. Filsafat Pendidikan esensialisme Esensialisme adalah suatu filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik pada trend-trend progresif di sekolah-sekolah. Mereka berpendapat bahwa pergerakan progresif telah merusak standar-standar intelektual dan moral di antara kaum muda. Beberapa tokoh dalam aliran ini: william C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed dan Isac L. Kandell.

8. Filsafat Pendidikan Perenialisme Merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan sosio kultual. Oleh karena itu perlu ada usaha untuk mengamankan ketidakberesan tersebut, yaitu dengan jalan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat dan teruji. Beberapa tokoh pendukung gagasan ini adalah: Robert Maynard Hutchins dan ortimer Adler.

9. Filsafat Pendidikan rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan ini lahir didasarkan atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada sekarang. Rekonstruksionisme dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil. Beberapa tokoh dalam aliran ini:Caroline Pratt, George Count, Harold Rugg.

Fenomena ”Hidup Lebih Maju”
Setiap orang, pasti menginginkan hidup bahagia. Salah satu diantaranya yakni hidup lebih baik dari sebelumnya atau bisa disebut hidup lebih maju. Hidup maju tersebut didukung atau dapat diwujudkan melalui pendidikan. Dikaitkan dengan penjelasaan diatas, menurut pendapat saya filsafat pendidikan yang sesuai atau mengarah pada terwujudnya kehidupan yang maju yakni filsafat yang konservatif yang didukung oleh sebuah idealisme, rasionalisme(kenyataan). Itu dikarenakan filsafat pendidikan mengarah pada hasil pemikiran manusia mengenai realitas, pengetahuan, dan nilai seperti yang telah disebutkan diatas.
Jadi, aliran filsafat yang pas dan sesuai dengan pendidikan yang mengarah pada kehidupan yang maju menurut pikiran saya yakni filsafat pendidikan progresivisme (berfokus pada siswanya). Tapi akan lebih baik lagi bila semua filsafat diatas bisa saling melengkapi.

I. FILOSOFIS PENDIDIKAN
 
1.  PENGERTIAN FILSAFAT
 
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.  
Ciri-ciri berfikir filosfi :
1.                       Berfikir dengan menggunakan disiplin berpikir yang tinggi.
2.                       Berfikir secara sistematis.
3.                       Menyusun suatu skema konsepsi, dan
4.                       Menyeluruh.
Empat persoalan yang ingin dipecahkan oleh filsafat ialah :
1.      Apakah sebenarnya hakikat hidup itu? Pertanyaan ini dipelajari oleh Metafisika
2.      Apakah yang dapat saya ketahui? Permasalahan ini dikupas oleh Epistemologi.
3.      Apakah manusia itu? Masalah ini dibahas olen Atropologi Filsafat.
Beberapa ajaran filsafat yang  telah mengisi dan tersimpan dalam khasanah ilmu adalah:
1.      Materialisme, yang berpendapat bahwa kenyatan yang sebenarnya adalah alam semesta badaniah. Aliran ini tidak mengakui adanya kenyataan spiritual. Aliran materialisme memiliki dua variasi yaitu materialisme dialektik dan materialisme humanistis.
2.      Idealisme yang berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang sifatnya rohani atau intelegesi. Variasi aliran ini adalah idealisme subjektif dan idealisme objektif.
3.      Realisme. Aliran ini berpendapat bahwa dunia batin/rohani dan dunia materi murupakan hakitat yang asli dan abadi.
4.      Pragmatisme merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak bersikap mutlak (absolut) tidak doktriner tetapi relatif tergantung kepada kemampuan minusia.
Manfaat filsafat dalam kehidupan adalah :
1.      Sebagai dasar dalam bertindak.
2.      Sebagai dasar dalam mengambil keputusan.
3.      Untuk mengurangi salah paham dan konflik.
4.      Untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah.


2.  FILSAFAT PENDIDIKAN
 
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.
Beberapa aliran filsafat pendidikan;
1.      Filsafat pendidikan progresivisme. yang didukung oleh filsafat pragmatisme.
2.      Filsafat pendidikan esensialisme. yang didukung oleh idealisme dan realisme; dan
3.      Filsafat pendidikan perenialisme yang didukung oleh idealisme.
Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal; menyala. tidak pernah sampai pada yang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kehudayaan. Belajar berfungsi untuk :mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks.  Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.


3.  ESENSIALISME DAN PERENIALISME
  
Esensialisme berpendapat bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela yang mengatur dunia beserta isinya dengan tiada cela pula. Esensialisme didukung oleh idealisme modern yang mempunyai pandangan yang sistematis mengenai alam semesta tempat manusia berada.
Esensialisme juga didukung oleh idealisme subjektif yang berpendapat hahwa alam semesta itu pada hakikatnya adalah jiwa/spirit dan segala sesuatu yang ada ini nyata ada dalam arti spiritual. Realisme berpendapat bahwa kualitas nilai tergantung pada apa dan bagaimana keadaannya, apabila dihayati oleh subjek tertentu, dan selanjutnya tergantung pula pada subjek tersebut.
Menurut idealisme, nilai akan menjadi kenyataan (ada) atau disadari oleh setiap orang apabila orang yang bersangkutan berusaha untuk mengetahui atau menyesuaikan diri dengan sesuatu yang menunjukkan nilai kepadanya dan orang itu mempunyai pengalaman emosional yang berupa pemahaman dan perasaan senang tak senang mengenai nilai tersehut. Menunut realisme, pengetahuan terbentuk berkat bersatunya stimulus dan tanggapan tententu menjadi satu kesatuan. Sedangkan menurut idealisme, pengetahuan timbul karena adanya hubungan antara dunia kecil dengan dunia besar. Esensialisme berpendapat bahwa pendidikan haruslah bertumpu pada nilai- nilai yang telah teruji keteguhan-ketangguhan, dan kekuatannya sepanjang masa.
Perenialisme berpendirian bahwa untuk mengembalikan keadaan kacau balau seperti sekarang ini, jalan yang harus ditempuh adalah kembali kepada prinsip-prinsip umum yang telah teruji. Menurut. perenialisme, kenyataan yang kita hadapi adalah dunia dengan segala isinya. Perenialisme berpandangan hahwa persoalan nilai adalah persoalan spiritual, sebab hakikat manusia adalah pada jiwanya. Sesuatu dinilai indah haruslah dapat dipandang baik.
Beberapa pandangan tokoh perenialisme terhadap pendidikan:
1.      Program pendidikan yang ideal harus didasarkan atas paham adanya nafsu, kemauan, dan akal (Plato)
2.      Perkemhangan budi merupakan titik pusat perhatian pendidikan dengan filsafat sebagai alat untuk mencapainya ( Aristoteles)
3.      Pendidikan adalah menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur agar menjadi aktif atau nyata. (Thomas Aquinas)
Adapun norma fundamental pendidikan menurut  J. Maritain adalah cinta kebenaran, cinta kebaikan dan keadilan, kesederhanaan dan sifat terbuka terhadap eksistensi serta cinta kerjasama.

**********************************************************************************************************

Teori Pendidikan dan Filsafat Pendidikan

                                        Di susun oleh : Mega Sirnawati MPd


A. Teori Pendidikan
Teori pendidikan perlu kita pelajari, karena yang kita hadapi adalah manusia. Menyangkut harkat, martabat manusia, serta hak asasinya. Perbuatan mendidik merupakan perbuatan yang harus betul-betul disadarinya dalam rangka membimbing anak kepada satu tujuan yang akan dicapai.
Kita perlu memahami teori pendidikan, karena dengan teori tersebut akan memberikan mamfaat yaitu :
1). Memberi arah serta tujuan yang akan dicapai.
2). Untuk memperkecil kesalahan dalam praktek, atas dasar teori pendidikan, kita dapat mengetahui mana yang boleh dikerjakan dan yang tidak.
3). Berfungsi sebagai tolak ukur, sejauh mana keberhasilan kita dalam melaksanakan tugas dalam pendidikan itu.
Antara teori dan praktek pendidikan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, yang memiliki hubungan komplementer, yang saling mengisi satu sama lainnya. Praktek pendidikan seperti pelaksanaan pendidikan di sekolah, lingkungan keluarga, masyarakat, dll. Yang dapat dijadikan sumber dalam penyusunan suatu teori pendidikan. Teori pendidikan dapat juga dijadikan sebagai suatu pedoman dalam melaksanakan praktek pendidikan.
Setiap orang telah memahami berbagai teori pendidikan namun tidak boleh menganggap bahwa ia telah memiliki resep untuk menjalankan tugas dalam pendidikan. Karena dalam pendidikan tidak dikenal suatu resep. Yang paling utama dalam pendidikan adalah kepribadian dan kreatifitas pendidikan. Hal ini dikemukakan oleh Prof. Sikun Pribadi dalam bukunya “Landasan Pendidikan” yaitu :
“ Pendidikan tidak dapat dan tidak boleh dikemukakan dalam bentuk resep atau aturan yang tetap untuk dijalankan. Yang penting bukan resepnya, melainkan kepribadian dan kreatifitas pendidik sendiri. Pendidikan (walaupun harus didukung oleh ilmu pendidikan) dalam pelaksanaannya lebih merupakan seni dari pada teori “.
Karena itulah setiap tindakan dalam pendidikan, tidak dengan sendirinya begitu saja tapi dapat menerapkan teori yang ada. Dalam prakteknya kita harus memperhatikan anak itu sendiri, kepribadian pendidik, situasi dan kondisi lingkungan dan tujuan yang akan kita capai.
Prof. Lavangeld seorang ahli pendidikan dari Belanda mengemukakan batasan pendidikan, bahwa “ Pendidikan adalah suatu bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai tujuan, yaitu kedewasaan ”.
Ada beberapa konsepsi dasar tentang pendidikan yang akan dilaksanakan yaitu :
1). Bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup (live long education).
Berarti bahwa usaha pendidikan adalah sudah dimulai sejak manusia lahir sampai tutup usia.
2). Bahwa tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
3). Bagi manusia pendidikan itu merupakan suatu keharusan kepribadian karena pendidikan bagi manusia akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang berkembang.
B. Filsafat Pendidikan
1). Pengertian Filsafat Pendidikan
Filsafat berasal dari bahasa Yunani, Philosophia, dari kata philosophia kemudian banyak diperoleh pengertian filsafat. Menurut Prof. Dr. Harun Nasution, filsafat berasal dari bahasa yunani yang tersusun dari dua kata Phileian dalam arti cinta dan Shopus dalam arti hikmat (wisdom).
Dalam pengertian secara etimologi itu, ia memberikan definisi filsafat sebagai berikut :
- Pengetahuan tentang hikmah
- Pengetahuan tentang prinsip atau dasar-dasar
- Mencari kebenaran
- Membahas dasar-dasar dari apa yang di bahas
Filsafat ialah berfikir menurut tata tertib (logi) dengan bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma serta agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai kedasar-dasar persoalannya. Beberapa pengertian filsafat menurut beberapa ahli antara lain :
1). Plato, mengatakan bahwa filsafat tidak lain dari pada pengetahuan tentang segala yang ada.
2). Aristoteles, berpendapat bahwa kewajiban filsafat ialah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu yang umum sekali.
3). Kant, mengatakan bahwa filsafat adalah pokok dan pangkal segala pengetahuan dan pekerjaan.
Dalam bukunya Plato menggambarkan bahwa para filosof adalah mereka yang mencari kebenaran mutlak, kekal, dan yang abadi. Mereka mencari kebenaran dalam segala hal. Oleh karena itu Plato menggolongkan suatu ilmu kedalam suatu perpaduan (sintese) setengah agama.
2). Analisa Filsafat dan Masalah Kependidikan
Bagaimanapun sempitnya pengertian pendidikan, namun masalah pendidikan merupakan masalah yang berhubungan langsung dengan hidup dan kehidupan manusia. Pendidikan merupakan usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiaannya, dalam membimbing, melatih, mengajar dan menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi muda, agar nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab akan tugas-tugas hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan sifat hakikat dan ciri-ciri kemanusiaannya. Dan pendidikan formal disekolah hanyalah bagian kecil saja dari padanya, tapi merupakan inti dan tidak bisa lepas kaitannya dengan proses pendidikan secara keseluruhan. Bahkan pendidikan juga menghadapi persoalan-persoalan tidak mungkin di jawab dengan menggunakan analisa dan pemikiran yang mendalam yaitu analisa filsafat.
Contoh beberapa masalah kependidikan yang memerlukan analisa filsafat dalam memahami dan memecahkan masalah :
“ Masalah kependidikan pertama dan yang mendasar adalah tentang apakah hakikat pendidikan itu. Mengapa pendidikan itu harus ada pada manusia dan merupakan hakikat hidup manusia. Dan apa pula hakikat manusia itu, dan bagaimana hubungan antara pendidikan dengan hidup dan kehidupan manusia.”
Problem-problem tersebut, merupakan sebagian dari contoh problematika pendidikan yang dalam pemecahannya memerlukan usaha pemikiran yang mendalam dan sistematis atau analisa filsafat, filsafat dalam memecahkan tersebut menggunakan pendekatan yang sesuai permasalahannya.
3). Pendekatan Filsafat Pendidikan
Ada 2 pendekatan fisafat pendidikan yaitu :
1). Menggunakan pendekatan tradisional.
yang menggunakan untuk pemecahan problem hidup dan kehidupan manusia sepanjang perkembangannya.
2). Menggunakan pendekatan yang bersifat kritis.
Digunakan untuk memecahkan problematika pendidikan masa kini.
Para pakar pendidikan mengemukakan pendapat mereka antara lain :
1. Dr.Yahya Qahar ia menyoroti dan memberikan pandangan tentang :
a. Nilai-nilai yang seharusnya menjadi dasar pendidikan dan pandangan hidup.
b. Pandangan tentang manusia yang dididik
c. Tujuan pendidikan
d. Disusun dan praktek pendidikan (teori pendidikan)
e. Badan pendidikan
4). Mamfaat Mempelajari Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan sangat bermamfaat bagi pelaksanaan pendidikan, menurut Saifullah H.A (1983) : 140) mamfaat mempelajari filsafat adalah :
(a). Memberikan kesempatan kepada setiap guru untuk membiasakan diri mengadakan perenungan mendalam atau berteori.
(b). Membiasakan para pendidik atau guru agar mengutamakan berfikir kritis dan reflektif.
(c). Memberikan kesempatan kepada guru untuk berusaha meninjau kembali pandangan dasar-dasar filsafat pendidikan.
(d). Memberikan pengertian yang mendalam tentang problema esensial dan dasar-dasar pertimbangan mana yang harus digunakan dalam menyelesaikan problema pendidikan.

Kesimpulan
• Kita sangat perlu mempelajari teori pendidikan karna yang kita hadapi adalah manusia.
• Mamfaat mempelajari teori pendidikan :
a. Untuk memberi arah serta tujuan yang akan dicapai.
b. Untuk memperkecil kesalahan dalam praktek.
c. Berfungsi sebagai tolak ukur.
• Konsepsi dasar tentang pendidikan :
a. Bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup.
b. Bahwa tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab bersama.
c. Pendidikan merupakan suatu keharusan.
• Filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logi) dengan bebas dan dengan sedalam-dalamnya hingga sampai kedasar-dasar persoalannya.
• Pendekatan filsafat pendidikan :
1. Pendekatan tradisional.
2. Pendekatan bersifat kritis.
• Mamfaat mempelajari filsafat :
a. Memberi kesempatan kepada setiap guru untuk berteori.
b. Membiasakan guru berfikir kritis dan reflektif.

Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan Modern

Dalam filsafat pendidikan modern dikenal beberapa aliran, antara lain progresivisme, esensialisme, perenialisme, dan rekonstruksionisme.
1. Aliran Progresivisme
Aliran progresivisme mengakui dan berusaha mengembangkan asas progesivisme dalam sebuah realita kehidupan, agar manusia bisa survive menghadapi semua tantangan hidup. Dinamakan instrumentalisme, karena aliran ini beranggapan bahwa kemampuan intelegensi manusia sebagai alat untuk hidup, untuk kesejahteraan dan untuk mengembangkan kepribadiaan manusia. Dinamakan eksperimentalisme, karena aliran ini menyadari dan mempraktikkan asas eksperimen untuk menguji kebenaran suatu teori. Dan dinamakan environmentalisme, Karena aliran ini menganggap lingkungan hidup itu memengaruhi pembinaan kepribadiaan (Muhammad Noor Syam, 1987: 228-229)
Adapun tokoh-tokoh aliran progresivisme ini, antara lain, adalah William James, John Dewey, Hans Vaihinger, Ferdinant Schiller, dan Georges Santayana.
Aliran progesivisme telah memberikan sumbangan yang besar di dunia pendidikan saat ini. Aliran ini telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada anak didik. Anak didik diberikan kebaikan baik secara fisik maupun cara berpikir, guna mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain (Ali, 1990: 146). Oleh karena itu, filsafat progesivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter.
John Dewey memandang bahwa pendidikan sebagai proses dan sosialisasi (Suwarno, 1992: 62-63). Maksudnya sebagai proses pertumbuhan anak didik dapat mengambil kejadian-kejadian dari pengalaman lingkungan sekitarnya. Maka dari itu, dinding pemisah antara sekolah dan masyarakat perlu dihapuskan, sebab belajar yang baik tidak cukup di sekolah saja.
Dengan demikian, sekolah yang ideal adalah sekolah yang isi pendidikannya berintegrasi dengan lingkungan sekitar. Karena sekolah adalah bagian dari masyarakat. Dan untuk itu, sekolah harus dapat mengupyakan pelestarian karakteristik atau kekhasan lingkungan sekolah sekitar atau daerah di mana sekolah itu berada. Untuk dapat melestarikan usaha ini, sekolah harus menyajikan program pendidikan yang dapat memberikan wawasan kepada anak didik tentang apa yang menjadi karakteristik atau kekhususan daerah itu. Untuk itulah, fisafat progesivisme menghendaki sis pendidikan dengan bentuk belajar “sekolah sambil berbuat” atau learning by doing (Zuhairini, 1991: 24).
Dengan kata lain akal dan kecerdasan anak didik harus dikembangkan dengan baik. Perlu diketahui pula bahwa sekolah tidak hanya berfungsi sebagai pemindahan pengetahuan (transfer of knowledge), melainkan juga berfungsi sebagai pemindahan nilai-nilai (transfer of value), sehingga anak menjadi terampildan berintelektual baik secara fisik maupun psikis. Untuk itulah sekat antara sekolah dengan masyarakat harus dihilangkan.

2. Aliran Esensialisme
Aliran esensialisme merupakan aliran pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman Renaisance dengan cirri-cirinya yang berbeda dengan progesivisme. Dasar pijakan aliran ini lebih fleksibel dan terbuka untuk perubahan, toleran, dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu. Esensiliasme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama, yang meberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas (Zuhairini, 1991: 21).
Idealisme, sebagai filsafat hidup, memulai tinjauannya mengenai pribadi individu dengan menitikberatkan pada aku. Menurut idealisme, pada tarap permulaan seseorang belajar memahami akunya sendiri, kemudian ke luar untuk memahami dunia objektif. Dari mikrokosmos menuju ke makrokosmos. Menurut Immanuel Kant, segala pengetahuan yang dicapai manusia melalui indera memerlukan unsure apriori, yang tidak didahului oleh pengalaman lebih dahulu.
Bila orang berhadapan dengan benda-benda, bukan berarti semua itu sudah mempunayi bentuk, ruang, dan ikatan waktu. Bentuk, ruang , dan waktu sudah ada pada budi manusia sebelum ada pengalaman atu pengamatan. Jadi, apriori yang terarah buikanlah budi pada benda, tetapi benda-benda itu yang terarah pada budi. Budi membentuk dan mengatur dalam ruang dan waktu. Dengan mengambil landasan pikir tersebut, belajar dapat didefinisikan sebagai substansi spiritual yang membina dan menciptakan diri sendiri (Poedjawijatna, 1983: 120-121).
Roose L. finney, seorang ahli sosiologi dan filosof , menerangkan tentang hakikat social dari hidup mental. Dikatakan bahwa mental adalah keadaan ruhani yang pasif, hal ini berarti bahwa manusia pada umumnya menerima apa saja Yng telah ditentukan dan diatur oleh alam social. Jadi, belajar adalah menerima dan mengenal secara sungguh-sungguh nilai-nilai social angkatan baru yang timbul untuk ditambah, dikurangi dan diteruskan pada angkatan berikutnya.
3. Aliran Perenialisme
Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan sekarang. Perenialisme memberikan sumbangan yang berpengaruh baik teori maupun praktik bagi kebudayaan dan pendidikan zaman sekarang (Muhammad Noor Syam, 1986: 154). Dari pendapat ini diketahui bahwa perenialisme merupakan hasil pemikiran yang memberikan kemungkinan bagi sseorang untukk bersikap tegas dan lurus. Karena itulah, perenialisme berpendapat bahwa mencari dan menemukan arah arsah tujuan yang jelas merupakan tugas yang utama dari filsafat, khususnya filsafat pendidikan.
Menurut perenialisme, ilmu pengetahuan merupakan filsafat


***********************************************************************************
Eutanasia


Euthanasia (dari bahasa Yunani εθανασία berarti "kematian yang baik": ε, eu (baik atau baik) + θάνατος, Thanatos (kematian)) mengacu pada praktek mengakhiri hidup dengan cara yang mengurangi rasa sakit dan penderitaan. Menurut House of Lords Komite Pilih pada Etika Medis , definisi tepat euthanasia adalah "suatu intervensi yang disengaja dilakukan dengan maksud untuk mengakhiri hidup, untuk meringankan penderitaan keras."  

Euthanasia tergolong dalam cara yang berbeda, yang meliputi sukarela, non-sukarela, atau sukarela dan aktif atau pasif. Euthanasia biasanya digunakan untuk merujuk pada euthanasia aktif, dan dalam pengertian ini, euthanasia biasanya dianggap sebagai pembunuhan kriminal, tapi sukarela, euthanasia pasif secara luas non-pidana.

Kontroversi sekitar pusat eutanasia di sekitar-cabang argumen dua oleh lawan yang menjadi ciri euthanasia sebagai "sukarela bunuh diri ", atau sebagai paksa pembunuhan . (Oleh karena itu, lawan berpendapat bahwa kebijakan yang lebih luas dari "euthanasia" sama saja dengan eugenika ). Banyak bergantung pada apakah kematian tertentu dianggap yang mudah "," tanpa rasa sakit ", atau" bahagia "satu", atau apakah ini adalah " kematian salah ". Pendukung biasanya mempertimbangkan penderitaan kematian yang meningkat menjadi "salah", sementara lawan biasanya mempertimbangkan kematian sengaja sebagai "salah". itu "asli berarti Eutanasia" memperkenalkan gagasan tentang "kematian sah" di luar itu hanya ditemukan di alam kematian .

Euthanasia merupakan daerah yang paling aktif penelitian dalam kontemporer bioetika . 

Etimologi

Seperti hal lainnya yang dipinjam dari sejarah, "euthanasia" telah memiliki arti yang berbeda tergantung pada penggunaan. Penggunaan jelas pertama dari "istilah" eutanasia milik sejarawan Suetonius yang menggambarkan bagaimana Kaisar Augustus , "mati cepat dan tanpa penderitaan dalam pelukan istrinya, Livia, mengalami 'euthanasia' ia inginkan."  Kata "euthanasia" pertama kali digunakan dalam konteks medis oleh Francis Bacon di abad ke-17, untuk merujuk kepada rasa sakit,, bahagia kematian mudah, di mana itu "itu dokter tanggung jawab untuk mengurangi 'fisik' penderitaan tubuh . " Bacon disebut sebuah "euthanasia luar"-istilah "luar" digunakan dia untuk membedakan dari para-konsep euthanasia spiritual "yang menganggap persiapan jiwa."  

Dalam bahasa saat itu telah datang berarti tetapi terkait hal yang berbeda tergantung pada filosofi dan persuasi politik: penentang untuk euthanasia dan bunuh diri dengan bantuan merujuk pada suatu "aktif penyebab suatu kematian oleh pasien dokter"., [ rujukan? ] Pendukung bukannya merujuk kepada paliatif perawatan dan meringankan penderitaan [. rujukan? ]

Klasifikasi eutanasia

Euthanasia dapat diklasifikasikan menurut apakah seseorang memberikan informed consent menjadi tiga jenis: sukarela, non-sukarela dan paksa.  

Ada perdebatan dalam literatur medis dan bioetika tentang apakah atau tidak membunuh (dan dengan perluasan, spontan) non-sukarela pasien dapat dianggap sebagai euthanasia, terlepas dari maksud atau keadaan pasien. Dalam definisi yang ditawarkan oleh Cantik & Davidson dan, kemudian, dengan Wreen, persetujuan pada bagian pasien itu tidak dianggap sebagai salah satu kriteria mereka.  Namun, orang lain melihat persetujuan sebagai penting. Sebagai contoh, dalam sebuah diskusi dari euthanasia yang disajikan pada tahun 2003 oleh Asosiasi Eropa Palliative Care (EPAC) Etika Task Force, penulis menawarkan pernyataan jelas: "            Medicalized membunuh seseorang tanpa persetujuan orang tersebut, apakah nonvoluntary (di mana orang yang tidak dapat persetujuan) maupun tidak sukarela (bertentangan dengan keinginan orang itu) tidak euthanasia: itu adalah pembunuhan. Oleh karena itu, euthanasia bisa hanya sukarela.  

Sukarela eutanasia 

Euthanasia dilakukan dengan persetujuan pasien disebut euthanasia sukarela . euthanasia sukarela yang legal di Belgia, Luxemburg, Belanda, Swiss, dan negara-negara AS Oregon dan Washington. Ketika pasien tentang dirinya sendiri membawa kematian atau dengan bantuan dokter, istilah bunuh diri dibantu sering digunakan sebagai gantinya.

Non-eutanasia sukarela


Eutanasia dilakukan apabila persetujuan pasien tidak tersedia disebut -euthanasia non sukarela . Contohnya termasuk euthanasia anak , yang ilegal di seluruh dunia tetapi psikotropika dilegalkan, dalam keadaan khusus tertentu di Belanda di bawah Protokol Groningen .
Involuntary euthanasia
Artikel utama: Involuntary euthanasia

Eutanasia yang dilakukan terhadap pasien akan disebut eutanasia disengaja .
Prosedural keputusan

Sukarela, non-sukarela dan tidak sukarela euthanasia semua bisa dibagi lagi menjadi varian pasif atau aktif. Sejumlah penulis menganggap istilah tersebut untuk menyesatkan dan tidak membantu. 

Eutanasia pasif

eutanasia pasif mencakup pemotongan perawatan umum, seperti antibiotik, diperlukan untuk kelanjutan hidup.  
Aktif eutanasia

Euthanasia aktif memerlukan penggunaan zat mematikan atau kekuatan untuk membunuh dan merupakan cara yang paling kontroversial.


Barat Ensiklopedi Hukum negara bagian Amerika Serikat bahwa "sebuah 'pembunuhan rahmat' atau euthanasia umumnya dianggap sebagai pembunuhan kriminal" dan biasanya digunakan sebagai sinonim dari pembunuhan yang dilakukan pada permintaan yang diajukan oleh pasien.  

Rasa peradilan istilah " pembunuhan "mencakup semua intervensi dilakukan dengan maksud untuk mengakhiri hidup, bahkan untuk meringankan penderitaan keras.  Tidak pembunuhan semua melanggar hukum.  Dua sebutan pembunuhan bahwa tidak membawa hukuman pidana dan dimaafkan pembunuhan dibenarkan.  Di sebagian besar negara ini bukan status euthanasia. Istilah "" eutanasia biasanya terbatas pada varietas aktif, University of Washington menyatakan website yang "eutanasia umumnya berarti bahwa dokter akan bertindak langsung, misalnya dengan memberikan suntikan mematikan, untuk mengakhiri pasien hidup".  Dokter dibantu bunuh diri- dengan demikian tidak diklasifikasikan sebagai eutanasia oleh Negara AS Oregon , di mana ia adalah legal di bawah Death Oregon dengan Martabat Undang-Undang , dan meskipun ada namanya, tidak secara hukum digolongkan sebagai bunuh diri baik. Tidak seperti bunuh diri yang dibantu dokter , pemotongan atau penarikan mempertahankan hidup perawatan dengan persetujuan pasien (secara sukarela) hampir secara bulat dianggap, setidaknya di Amerika Serikat, yang legal. [ Penggunaan obat sakit untuk meringankan penderitaan, bahkan jika itu mempercepat kematian, telah diselenggarakan sebagai hukum dalam beberapa putusan pengadilan.  

Beberapa pemerintah di seluruh dunia telah dilegalisir euthanasia sukarela tetapi pada umumnya tetap sebagai pembunuhan kriminal. Di Belanda dan Belgia, di mana euthanasia telah disahkan, masih tetap pembunuhan meskipun tidak dituntut dan tidak dihukum jika pelaku (dokter) bertemu pengecualian hukum tertentu

Mengenai saya

Foto saya
., ., Indonesia
Golongan Darah"B",Rh+, islamic, kawin

Daun bertaburan anms

BLOG BUNDANYA NAZWA DAN RAIHAN

BLOG BUNDANYA NAZWA-RAIHAN-TERIMAKSIH ATAS KUNJUNGANNYA